Senin, 18 Agustus 2008

wali nagari baru Jopang manganti

damond terpilih sebagai wali nagari yang baru.

Senin, 31 Maret 2008

PDRI - MENGHADANG BELANDA


Gambar di kanan adalah " tugu " dengan motif tiga buah bambu runcing, digunakan sebagai prasasti perjuangan mempertahakan Kemerdekaan RI di Situjuah Kabupaten Lima Puluh Kota.
Pasukan PDRI menghadang tentara Belanda yang hendak kembali ke Payakumbuh tanggal 16 Januari 1949, setelah semalaman Belanda membantai para pemimpin PDRI yang bersidang di Lurah Kincir Situjuah Bandar Dalam, tanggal 15 Januari.
Pasukan yang sudah lelah sejak semalaman banyak kehilangan tentaranya di bengkolan Kubang Gajah Situjuah menjelang Limbukan Payakumbuh

BATU CALEMPONG - "TALEMPONG"

Sebuah bukti penemuan atas perkembangan musik tradisional "Calempong" atau"talempong" yang mirip dengan " Gamelan " di Jawa ditemukan di Tolang Onau.Kab.Lima Puluh Kota. Sumbar.
Calempong adalah musik atau bunyian-irama purbakala yang terus berkembang hingga zaman moderen dan era globalisasi ini. Musik calempong berkembang seiring dengan berkembangnya vbudaya Batu Besar ( Megalithik ) pada kurun waktu 2500 tahun sebelum Masehi ( SM).
Bermula dari bunyi atau suara yang dikeluarkan batu besar ( mega) yang digunakan orang dalam ritual agama pada masa purbakala, kemudian diarakan menjadi alat musik " batu ". Dalam perkembangannya bunyi batuan besar agama "majusi " ( animisme/dinamisme ) pada masa itu berkembang dengan menggunakan suara yang dikeluarkan oleh Lesung Batu. Lesung batu yang semuala juga digunakan untuk media ritual agama dan adat dimanfaatkan pula sebagai alat pengolah bahan makamanan buah-buah dan biji-bijian serta daun-daunan, kemudian dimanfaatkan pula untuk memaminakan musik calempong. Lesung Batu atau dakon sesuai perkembangannya dibuat dari kayu. Seterusnya dari musik batu besar, lesung batu dan lesung kayu yang dimanfaatkan sebagai instrumen musik dikenal dengan musik " katuntuang ",. Sedlanjutnya sebagai instrumen musik calempong sebelum ditemukannya logam /besi menggunakan " bambu" dan terakhir menggunakan besi setelah ditemukannya logam.
Sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan budaya










instrumen musik telempong terbuat dari "bahan besi


















Di Bawah ini adalah penemuan atas peninggalan nenek moyang yang hidup dan berkembang budayanya " batu besar " ( Megalithikum) yakni musik calempong pada zaman pra sejarah yakni pada masa berkembangnya budaya batu besar "Megalithiek". Musik calempong dan gamelan berasal dari Tolang Onau ?. Tentu ahli sejarah kepurbakalaan atau ahli sejarah musik yang bisa membuktikan.
Suatu kenyataan budaya yang bertahan sampai sekarang, ternyata pemain musik calempong tersebut merata ada di semua nagari dan selalu memainkan "calempong batu atau calempong bambu" bila ada keramaian nagari apalagi ada seremonial adat di seluruh Kabupaten Lima Puluh Kota .





Di Kenagarian Tolang Onau, Kecamatan Gunung Omeh, Kab. Lima Puluh Kota, Provinsi Sumbar, Indonesia dapat ditemukan sebuah prasasti peninggalan Pra sejarah, Masa Purbakala; berupa batu besa ( megalithiek). Batu -batu besar tersebut dapat mengeluarkan bunyi seperti "calempong" ( talempong) bila dipukul. Nada-nada yang dikeluarkannya mirip dengan "gamelan" di Jawa. Masayarakat setempat menamakannya " Calempong Batu ".

Jumat, 28 Maret 2008

"AIR HITAM"





Air hitam adalah nama belahan yang membatasi Kenagaraian Jopang Manganti Kecamatan Mungka di jorong Jopang dengan Kenagarian Tujuah Koto, Kecanatan Guguak di jorong Padang Jopang. Lokasi berdekatan dengan sebuah Tanjuang di Padang Jopang yang dikenal dengan sebutan Mambua di Padang Jopang dan bertetangga pula dengan sebuah Tanjuang di jotong Jopang yang dikenal dengan nama Tanjuang Niua (nyiur). Disebelah Utara juga ada tanjung yang dikenal dengan nama Tanjuang Ipuah masih dalam jorong Padang Jopang.
Saya dibesarkan di daerah ini sebelum meneruskan pendidikan ke Payakumbuh dan Padang. Masa kecil saya banyak habis di daerah ini bersama-sama teman. Banyak kenangan di daerah pedesaan yang damai dan ramah ini.



Air hitam dan Tanjuang Mambua terletak di jorong Padang Japang, Tujuah Koto, Kecamatan Guguak, Kab.Lima Puluh Kota. Disinilah saya dilahirkan bu;lan Januari tahun 1952. Sampai menamatkan SD Negeri di Padang Japang dan SMP Negeri di Dangung-Dangung, saya tinggal bersama orang tua saya, ayah Abdullah, Ibu Lawiyah; Kakak tertua Hayati- suaminya tentara Lettu TNI Mansyur dan kakak saya laki-laki bernama Muchlis. Isterinya bernama Dalwina tinggal di jorong Ampang Godang, masih dalam Kenagarian Tujuah Koto. Setelah tamat SMP saya melanjutkan ke Sekolah Pendidikan Guru (SPG ) di Payakumbuh dan Kemudian melanjutkan ke Sekolah Tinggi Olah Raga (STO) negeri di Padang.
Di jorong Padang Japang ini masyarakatnya berada dalam komunitas pendidikan. Banyak sekolah di Jorong Padang ini. Mulai dari Sekolah Taman Kanak-kanak ( STK), Tsnawiyah, Aliyah negeri, satu pagar dengan rumah orang tua saya. Malah tanah tempat sekolah ini berdiri, berasal dari persukuan ( clan ) saya " Bendang ". Disamping masih ada lembaga Pendidikan Agama yang seudah terkenal sejak zaman Belanda ; "Darul Funun El Abasyiah "; lokasinaya di baruah ( lembah ) Puncak Bakuang, Di Tebing Puncak Bakuang juga ada lembaga pendidikan khusus untuk perempuan " Nahdatun Nisaiyah " , masih bagian dari manajemen pendidikan Darul Funun.
Masih dalam jorong Padang Japang berdekatan dengan SD Negeri No.2 Talago di Padang Japang adalagi lembaga Pendidikan Guru Agama ( PGA ) di kawaqsan Pokan Sinoyan, kini berganti nama dengan "Aliman Syolihah ". Ke Selatan dari Pokan Sinoyan, di Tobek Godang, juga lembaga pendidikan bernama " Tarbiyah Islamiyah "